Alhamdulillah....
Terima kasih ya Allah. Akhirnya kami berkesempatan mengunjungi belahan dunia sisi lain dengan perencana yang lama dan panjang. Kali ini rencana nya mengunjungi kota.......
Bangkok, Thailand - Phnom Penh, Cambodia - Melacca, Malaysia
#1 DAY - sawadee kaa
Jadual keberangkat dari Balikpapan menuju Bangkok melalui transit di Surabaya. berangkat dari Balikpapan jam 9.30WITA dan lanjut penerbangan ke Bangkok pada jam 14.55WIB. perjalanan sekitar 4jam-an sehingga tiba di Bangkok sekitar jam 19.30 WIB.
koridor kedatangan penumpang
Bandara Don Mueang
Kami mendarat mulus di Bandara Don Mueang Bangkok yang katanya adalah bandara tua Bangkok. informasi yang kami baca bahwa kondisi bandara ini sangat jauh berbeda dari bandara Suvarnabumi yang mewah.
kondisi koridor dalam Don Mueang
Fasilitas Bandara
Sesampai di bandara ini, kondisi bandara yang sudah melakukan banyak renovasi ini tidak terlalu memprihatin seperti yang dibayangkan sebelumnya, lihat saja koridor kedatangan penumpang semuanya sudah dikarpet, kondisi toilet juga sangat bersih, koridor yang terang dan nyaman meskipun secara keseluruhan desain standar. Sehingga sangat mirip dengan bandara di Indonesia pada umumnya.
Imigration, Taxi and tour counter
Dari koridor kedatangan kita akan digiring menuju counter imigrari. disini pelayanan juga cukup maksimal, untuk keluarga yang membawa anak kecil, orang cacat dan ibu hamil diprioritaskan dijalur antrian khusus. Asikkkk......, karena Aisha ditarik oleh petugas, kamipun melesat cepat tanpa antrian. Jempol deh buat pelayanan bandaranya. Proses imigrasipun cepat, lancar dan cepat, sehingga hanya dalam hitungan menit sudah kelar. selesai mendapatkan informasi dari petugas yang sedang mengawasi, kami langsung menuruni eskalator menuju antrian konter taxi di luar gedung. Di sekitar pintu keluar, banyak terdapat loket-loket tour keliling semua objek wisata Bangkok, maka bagi yang tidak ingin repot membuat rencana, bisa mencoba paket-paket tersebut, harga per paket 3000-5000bath/orang termasuk fasilitas antar jemput ke hotel.
Konter pemesanan taxi sangat kecil, terletak di depan pintu keluar bandara dan langsung dikoordinir oleh seorang petugas. bahasa thai sangat jauh berbeda dengan bahasa melayu dan bahasa inggris (ya iyalah....) apalagi diucapkan dengan aksen thailand yang kental, mengakibat bahasa inggris yang diucapkan pun berdengung hingga kadang susah dimengerti, ini juga yang kami hadapi di counter pemesanan taxi, si mbak-mbak cantik ini tidak ada yang bisa berbahasa inggrisss, ammmmpuuunnn dah, untung kami membawa print-an peta hotel yang sudah dipesan sebelumnya. Hufff, maka berlakulah bahasa tarzan....aaauuuoo. tunjuk tunjuk, garuk-garuk dahhh.
Siam Swana Hotel
Begitu naik taksi, Bismillah... sang supir taksipun ternyata tidak bisa berbahasa inggris, komplit...!!! alhamdulillah peta hotel cukup menyelamatkan kami agar tidak tersesat, hingga akhirnya kami tiba di hotel yaitu hotel Siam Swana Hotel, terletak sangat dekat dengan BTS Siam, dengan pertimbangan lokasi strategis, dekat dengan pusat kota sehingga cocok rasanya untuk membawa anak-anak.
'Sawadee krap' sapaan yang diucapkan dengan senyum oleh pelayan hotel di bangkok.
Jika sang supir taksi hanya bisa berbahasa thai, sodorkan saja peta dan gunakan bahasa tarzan, insyaallah tidak akan tersesat. Hotel ini kami booking melalui booking.com, sehingga saat tiba hanya melunasi biaya kamar. kamar sangat nyaman dan bersih dengan tv LCD 32', bed yang empuk, fasilitas air panas, dll. jika penyuka sushi di sudut gerbang masuk terdapat 'sushi corner' yang tidak pernah sepi pengunjung.
#2 DAY - Komplek Grand Palace
monumen 3 gajah pada bundaran depan
entrance Grand Palace
Entrance Grand Palace
Wisata wajib di Bangkok adalah Grand Palace, layaknya keraton di Yogyakarta. dari hotel menuju grand place kami naik taksi setelah tawar menawar harga sepakat. wajah kota Bangkok cukup bersih dan teratur. samar-samar menara grand palace terlihat dibalik termbok putih tinggi 5 meter yang membatasi komplek kerajaan dengan jalan raya.
Dari balik tembok putihnya saja kami sudah terkagum-kagum melihat keunikan candinya. karena terbiasa melihat candi asli batu di Indonesia. tembok ini mengelilingi komplek istana sekitar 1900 meter. Tembok putih ini juga memperjelas dan menguatkan fungsi istana sebagai tempat yang sakral. Pertigaan entrance Grand Palace kami di sambut tiga gajah pink nan cantik. Grand palace sangat ramai dikunjungi turis dari berbagai negara. Ada yang menarik dari di area depan entrance Grand Palace yaitu 'dancing police' mengatur lalu lintas sambil menari-nari sehingga tidak sedikit wisatawan yang merekam aksi polisi ini.
suasana entrance GrandPalace
Grand Palace sebagai jantung kota Bangkok
Cari tahu sedikit mengenai Grand Palace. Dibangun pada tahun 1782 – dan selama 150 tahun merupakan rumah dari Raja Thailand, pengadilan Royal dan kantor administrasi pemerintahan. Komplek Grand Palace berada di wilayah Ko Rattanakosin, sebuah wilayah dimana kota kuno pertama kali dibangun; sejarah dan budaya Thailand terkumpul dan berkembang seperti saat ini, dimana jantung kota Bangkok berdenyut, dimana jantung kota malaikat berada, demikian buku panduan What Pho memberikan gambaran keberadaan Komplek Grand Palace kepada kami. Atap-atap berukuran besar khas Thailand serta ujung-ujung dari pagoda terlihat di balik kokohnya tembok putih setinggi lebih kurang 5 meter yang mengelilingi Komplek Grand Palace. Grand Palace adalah simbol negara Thailand dan salah satu museum terlengkap untuk melihat arsitektur Thailand serta alkulturasinya dengan barat dan negara asia lainnya.
Loket tiket bedara disisi kanan entrance dan dikenai biaya 200bath/orang dan pengunjung wajib berpakaian sopan, atau diharuskan menutupi dengan kain yang sudah dijual diluar komplek istana.
Grand Palace didirikan tahun 1782 –pada Periode Rattanakosin (atau Periode Bangkok) –oleh King Taksin sebagai ibukota ke tiga setelah Ayutthaya dihancukan oleh Burma pada tahun 1767, dan Thonburi di sisi kanan sungai Chao Phraya tidak lagi digunakan sebagai ibukota (Dumarcay, 1991). Kompleks ini berada di atas 218.000 meter persegi lahan Pulau Rattanakosin yang dikelilingi kanal-kanal, dan dibangun dengan mengikuti lay out tradisional kompleks istana di Ayutthaya, salah satunya terlihat pada arah hadap Grand Palace ke utara dengan sungai Chao Phraya mengalir di sisi kirinya.
Keunikan arsitektur istana memang sangat luar biasa dan menimbulkan decak kagum pengunjung. Tak seorang pengunjungpun yang tidak memuji dan tidak mengabadikan tiap centi bangunan di kompleks ini. Unik, kontras, mewah, elegan dan sakral merupakan kesan yang melekat pada tiap bangunan di kompleks ini. Di tengah keramaian pengunjung. warga Thailand yang sedang bersembayangpun menjadi daya tarik tersendiri, seperti halnya di Bali.
Untuk mengenali perpaduan antara beberapa budaya yang berinteraksi di Thailand tidaklah terlalu sulit. Lihat saja keberadaan patung batu Lan Than Nai Tvarapala -raksasa Cina yang memegang senjata dan patung-patung batu khas china lainnya, serta kolom-kolom klasik Yunani dan Romawi, berpadu menjadi satu dengan arsitektur Thailand, baik sebagai bagian dari satu bangunan maupun yang berdiri utuh sebagai bangunan berasitektur non-Thailand. Dengan 200bath, paket kunjungan ini menjelajahi tiga lokasi yaitu Wat Phra Kaew, Grand Palace dan Galeri. Komplek ini terdiri dari tiga lapis yang masing-masingnya dikelilingi tembok. Lapisan paling dalam adalah tempat tinggal keluarga kerajaan dan kantor-kantor terpenting kerajaan; lapisan luar terdiri dari hall kerajaan, area penerima, dan bangunan-bangunan pemerintah untuk menyelenggarakan upacara-upacara penting dan bisnis-bisnis pemerintah; sedangkan area terluar adalah tempat dimana royal temple (kuil kerajaan) Wat Phra Kaew berada.
Wat Phra Kaew
Wat Phra Kaew atau Kuil Emerald Buddha (secara resmi dikenal sebagai Wat Phra Sri Rattana Satsadaram) dianggap sebagai candi Budha yang paling penting di Thailand. Terletak di pusat bersejarah di Bangkok, di lingkungan Grand Palace, untuk mengabadikan Phra Kaew Morakot (Emerald Buddha), gambar Sang Buddha yang sangat dihormati diukir dengan sangat teliti dari sebongkah batu giok yang masih utuh. Emerald Buddha (Phra Putta Maha Mani Ratana Patimakorn) adalah citra Buddha dalam posisi meditasi dengan gaya sekolah Lanna dari utara, yang berasal dari abad ke-15.
Diletakan di sebuah platform yang tinggi, tidak ada seorangpun yang diizinkan untuk mendekati Buddha kecuali Sang Maha Raja. Sebuah jubah musiman, diganti tiga kali setahun sesuai dengan musim dingin, musim panas, dan musim hujan untuk membalut sang patung. Sebuah ritual yang sangat penting, pergantian jubah dilakukan hanya oleh Raja untuk membawa nasib baik untuk negara selama setiap musim. Candi ini dihiasi dengan indah dan memiliki rasa damai tentang hal itu. Pembangunan candi ini dimulai ketika Raja Buddha Yodfa Chulaloke (Rama I) memindahkan ibukota dari Thonburi ke Bangkok pada tahun 1785. Tidak seperti candi-candi lainnya, menyediakan atau memiliki tempat tinggal bagi para bhikkhu, melainkan hanya dihiasi bangunan suci, patung, dan pagoda. Bangunan utama adalah pusat ‘ubosot’ (aula pentahbisan), yang merupakan tempat Emerald Buddha. Meskipun ukurannya kecil, itu adalah ikon yang paling penting bagi rakyat Thailand.
Atraksi lain di Wat Phra Kaew termasuk model Angkor Wat, yang dibangun atas perintah King Rama IV ketika Cambodia masih berada di bawah kendali Siam. Model ini kemudian diciptakan kembali di plester di atas perintah Raja Rama V untuk merayakan hari seabad dari Kota Kerajaan. Juga, jangan lewatkan juga Balkon, yang tidak kalah indah dan menariknya dengan dinding candi. Mural dalam menceritakan kisah Ramayana secara keseluruhan. Pada kolom balkon adalah batu prasasti dari ayat-ayat yang menggambarkan mural. Setiap gerbang balkon yang dijaga oleh patung raksasa yang lima meter tingginya ‘Yaksa Tavarnbal’ (Raksasa Penjaga Gerbang), karakter yang diambil dari epik yang sama. karena dianggap sakral dan masih aktif digunakan, maka ruang dalam tiap bangunan tidak diijinkan untuk dipotret dan dijaga kebersihan dan kenyamanannya (tidak boleh bising).
koridor dalam dan pelataran Wat Phra Kaew sedangkan interior dalam tidak diijinkan untuk dipotret
berpose di 'Yaksa Tavarnbal’ (Raksasa Penjaga Gerbang)
Gedung Pengadilan. Pengadilan batin di mana selir kerajaan Raja dan putri tinggal. Pengadilan batin itu seperti kota kecil seluruhnya dihuni oleh perempuan dan anak laki-laki di bawah usia pubertas. Meskipun tidak ada royalti saat ini berada di pelataran dalam, masih sepenuhnya tertutup untuk umum. Meskipun kedekatan Grand Palace dan Wat Phra Kaew, ada kontras yang berbeda dalam gaya antara Kuil sangat Thailand Emerald Buddha dan desain terinspirasi lebih Eropa dari Grand Palace (atap menjadi pengecualian utama). Menyoroti lain Boromabiman Hall dan Amarinda Hall, kediaman asli Raja Rama I dan Hall of Justice.
Kompleks istana, seperti sisa Ratanakosin Island, diletakkan sangat mirip dengan istana Ayutthaya, bekas ibukota mulia dari Siam yang digerebek oleh Burma. Pengadilan Luar, dekat pintu masuk, digunakan untuk departemen pemerintah rumah di mana Raja terlibat langsung, seperti administrasi sipil, tentara dan bendahara. Kuil Buddha Emerald terletak di salah satu sudut pelataran luar ini. Pengadilan Tengah adalah tempat kediaman Raja dan ruang yang digunakan untuk melakukan bisnis negara berada. Hanya dua dari ruang tahta terbuka untuk umum, tetapi Anda akan dapat mengagumi detail indah pada fasad struktur ini mengesankan.
Pengadilan batin di mana selir kerajaan Raja dan putri tinggal. Pengadilan batin itu seperti kota kecil seluruhnya dihuni oleh perempuan dan anak laki-laki di bawah usia pubertas. Meskipun tidak ada royalti saat ini berada di pelataran dalam, masih sepenuhnya tertutup untuk umum. Meskipun kedekatan Grand Palace dan Wat Phra Kaew, ada kontras yang berbeda dalam gaya antara Kuil sangat Thailand Emerald Buddha dan desain terinspirasi lebih Eropa dari Grand Palace (atap menjadi pengecualian utama). Menyoroti lain Boromabiman Hall dan Amarinda Hall, kediaman asli Raja Rama I dan Hall of Justice.
Bagian lain di dalam gedung ini juga merupakan tempat tinggal selir-selir Raja dan anak-anak perempuannya. Tempat ini menjadi seperti kota kecil yang memiliki populasi para perempuan dan anak-anak yang dalam usia puber. Walaupun Raja tidak tinggal di tempat ini, lokasi ini tetap tertutup untuk publik. Meskipun kedekatan Grand Palace dan Wat Phra Kaew, ada kontras yang berbeda dalam gaya antara Kuil Emerald Buddha sangat bergaya Thailand dan desain terinspirasi lebih Eropa dari Grand Palace (atap menjadi pengecualian utama). Menyoroti lain Boromabiman Hall dan Amarinda Hall, kediaman asli Raja Rama I dan Hall of Justice.
Sebelum tiba di gedung pengadilan, kami melewati gedung kediaman raja, yang dijaga ketat oleh pengawal kerajaan dan berpagar besi tempa yang sangat tinggi. Tak lama terjadi pergantian penjaga yang berbaris dengan tegap.
penjaga di depan kediaman raja
taman diseberang komplek Granf Palace
Sebenarnya kami ingin banyak melihat bangunan lain yang berada dalam komplek Grand Palace, hanya saja kondisi Asiha yang kurang fit dan terus merengek membuat kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan beristirahat. Kami menunggu taksi di seberang jalan komplek Grand Palace, sambil mampir ke penjual kelapa muda mungil dengan harga per kelapa 45bath, rasa airnya enak dan ukuran kelapanya lebih kecil daripada buah kelapa yang sering kita jumpai di Indonesia. Aisha juga membeli sweet corn seharga 15bath. Naik taksi dan lanjutttt.....boci alias bobok ciang!
SIAM PARAGON
Siam Paragon merupakan salah satu Mall andalan kota Bangkok. Dengan berbekal browsing, akhirnya kami memutuskan untuk menikmati makan malam kami di salah satu food stall makanan halal yaitu Food Court Siam Paragon.
Yuhuii, waktu makan tiba, semangat 45-pun mulai membara. Jalan kaki 2 menit, naik tangga dan naik BTS menuju BTS Siam dengan ongkos 15bath/orang. BTS siam sangat mirip dengan LRT di Malaysia. Kereta listrik ini terawat, tertib, bersih dan tepat waktu. Andai Indonesia juga punya fasilitas umum seperti ini..... dan seharusnya kita memang banyak belajar dari negara tetangga.
menunggu kereta di BTS
BTS Siam dengan Siam Paragon terhubung secara langsung di lantai 1 sehingga mall ini secara tidak langsung menjadi akses umum. Ini dia Siam Paragon, ya salah satu mall besar di Bangkok. Sejujurnya kami bukannya maller's namun berhubung laffaaarrrr dan kami bisa menjumpai makanan halal disini, yupp, marii kita ngemall.... karena disini tidak terdapat gerai makanan halal, maka kami mencoba mencarinya di foodcourt, dan susah banget, setelah muter-muter, bertemulah
Waktunya makan malam
Sukses dengan acara boci, kami lanjut mengisi perut di salah satu food stall foodcourt Siam Paragon. Karena disini tidak terdapat gerai khusus makanan halal, maka kami mencoba mencarinya di foodcourt, dan ternyata susah banget, setelah muter-muter, bertemulah dengan 2 stall makanan. Ya, pasrah deh.... Kami memesan nasi briyani, martabak dan nasi lemak, sedangkan minumnya air mineral (menu standar), orange jus dan thai tea (pahit banget, kental dan aneh). Rasa makanan bisa dikatakan kurang cocok dengan lidah, racikan bumbu sangat tajam ala india. Sistem transaksi menggunakan deposite kartu sekitar 200bath dan akan dikurangi di masing-masing tempat membeli makan. Jika masih terdapat sisa maka dapat di refund kembali. Perlu diketahui, makanan hall di Bangkok merupakan barang langkah, sehingga jika akan berlibur ke sini tidak ada asalah nya untuk prepared lagi.
Siam Ocean World
Selain gerai-gerainya, daya tarik lain untuk Mall ini adalah dengan terdapatnya Ocean World di lantai dasar. Khususnya untuk anak-anak. begitu melihat patung pinguin dan shark si hiu, Aisha langsung meronta-ronta ingin mengunjungi, sayangnya waktu sudah terlalu malam untuk dapat puas mengujungi Ocean World. Tiket masuk dijual dengan harga 900bath. Bingung membujuk Aisha akhirnya bisa juga dengan berfoto dan mampir ke gerai McD yang berada persis di depan eskalator Siam Ocean World. Tepat jam 10.00 kami balik ke hotel sambil mampir ke 7/11.
#3 DAY - Aisha's day Berenang pagi
Namanya anak-anak, kalo dah liat air, gak afdol rasanya kalo ngak nyebur, gak peduli dalem apa nggak, pokoknya mesti nyobain, dan itu juga yang dilakukan aisha, bangun pagi langsung heboh minta berenang. Lebih-lebih kalo nih kolam selalu dilewati pas menuju kamar hotel. bangun tidurrr....minta ganti baju renang, sambil nunggu papa selesai mandi, dan langsung lari, ckckckk, kayaknya dah ngak sabar ya dek? untung baju renang memang sudah disiapkan sebelum berangkat.
Menebus kekecewaan Aisha di Dusit Zoo
Gagal mengunjungi Siam Ocean World dan setealh dipikir-pikir lagi bahwa wisata juga untuk Aisha, akhirnya kami mengajak Aisha mengunjungi Dusit Zoo. Baru mendengar rencana nya saja Aisha sudah senang banget. yukksss.... Lanjut bersepakat dengan supir taksi, kami memutuskan ke Dusit. Berdasarkan informasi sang supir taksi, ada kebun binatang yang lebih bagus, namun lokasi cukup jauh sehingga kasian aisha. Dusit zoo terletak di Rama V Road, Dusit Bangkok, cukup dengan membayar taksi 200bath.
Dusit Zoo lebih seperti kebun binatang lama, entrancenya berupa bentukkan semen/coran menyerupai batang-batang pohon. tiket masuk bertarif standar 10bath anak-anak dan 20bath untuk dewasa. begitu masuk kami langsung disambut jerapah dan Zebra, serta beberapa fosil dilantai atasnya.
sisi bawah merupakan tempat hewan-hewan yang sedangkan di lantai atas yang terbuka ini dibuat jembatan untuk memudahkan pengujung menikmati aksi para hewan ini. bayangkan saja jika hewan buas hanya dipagari kawat. koleksi hewan binatang-binatang disini juga cukup mewakili, misalnya saja terdapat singa, kuda nil, buaya, harimau, beruang, ular, berbagai jenis kera, dll. Aisha cukup terhibur.
Menjelang jam 9.30 pagi, perut kami kembali keroncongan, mengingat tadi pagi makan ala kadarnya, tapi booth-booth makanan yang ada belum pada buka, apa bisa dikata kami hrus mengulur waktu beberapa menit lagi sambil menunggu gerai makanan buka. agar gak bosan kita mesti nyari kegiatan nih, untung tidak lama terlihat kereta keliling area ini dan kebetulan terdapat banyak anak TK yang sedang berkunjung, hasilnya Aisha cukup exciting. ternyata selain kereta terdapat beberapa atraksi lain di Dusit Zoo. Ada kereta kayuh di danau, atraksi gajah (seperti foto diatas namun didalam arena, lebih mirip sirkus), atraksi anjing laut pintar, dan banyak lagi. Menjelang jam 10 pagi, beberapa booth di tepi jalan sudah buka. Namun sayang booth hanya menjual minuman dan makan ringan.
Gerai makanan/cafetaria akhirnya buka juga. Terdapat KFC yang benar-benar menarik perhatian kami, karena 'halalisme' tempat makan lain masih diragukan. Menu KFC juga disesuaikan dengan lidah penduduk setempat, ayam kurang berasa bumbunya dan sambel yang manis, tahu gini bawa sambel dari Indonesia dehh.... tapi alhamdulillah kenyang juga.
Perut sudah terisi, sesuai dengan permintaan Aisha, kami lanjut melihat pertunjukan anjing laut nan lucu. Lagi-lagi kami berbarengan dengan sekelompok anak TK. Begitu menyeberang jalan terdapat sebuah timbangan badan-dengan memasukkan koin 10bath otomatis timbangan menunjukkan berat Aisha yaitu 28.6kg. Lho dek kok turun, biasanya 30kg lebih, ternyata turun dalam 3hari aja. Kasiannya dek....
Sambil nimbang Aisha lirik-lirik teman-teman yang lagi berbaris mengikuti instruksi sang guru. Kesempatan deh godain, 'kangen sekolah ya?', Aisha jadi malu-malu.
Rapi dan imut-imut ya mereka? Gurunyapun cantik dan langsing-langsing :)). Selanjutnya berdasarkan panduan peta yang dibekali oleh petugas loket, lanjut jalan deh. untungnya jalanan yang dilalui rindang sambil melewati beberapa kandang binatang lainnya.
Eh ternyata para anak-anak ini juga berencana akan menonton pertunjukan di anjing laut. sempat diperjalanan melihat beristirahat untuk menikmati makan siang sejenak, kemudian kembali berjalan dengan tertib. Mereka begitu bersemangat walaupun jam sudah menunjukkan pukul 12 siang lebih. Sambil menunggu muncul anjing laut, mereka bernyanyi dengan bersemangat sambil berjoget di tempat duduk masing-masing mengikuti lagu yang diputar. Sepertinya lagunya lucu dan gampang dihafal anak-anak. Tentu saja Aisha tidak bisa mengikuti, karena lagu anak-anak berbahasa Thailand. Ini masuk dalam salah satu atraksi ngak ya?
Begitu sang pelatih dan anjing laut muncul, anak-anak langsung bersorak riang. Sayang sang pemandu berbahasa Thai, sehingga kami hanya mengira-ngira apa yang sedang dikatakannya, tapi tidak dengan Aisha, setiap kata yang diucapkan pemandu minta diartikan, dan sang mama akhirnya harus mengarang cerita mengenai anjing laut yang sedang beratraksi. Sekitar pukul 13.30 siang pertunjukan selesai dan saatnya bociiiiii....
Makan malam yang membingungkan
Bagaimana tidak membingungkan? Kami tidak leluasa banyak berjalan karena Aisha tidak bisa berjalan jauh, sedangkan tempat makan yang halal jarang ditemui, hufff..... ujung-ujungnya kami mampir ke 11/7 yang ada di luar gang hotel sambil mencari buah.
Malam ini Kami berencana mengunjungi gerai makanan halal bernama yana restaurant di MBK. yukkkss... mari. Dari BTS Siam kami menuju ke BTS National Stadium. Sama halnya dengan Siam Paragon, posisi MBK langsung terhubung dengan akses BTS National Stadium.
Restoran Yana (Yana Restaurant, Thai & International Halal Food) Di lantai 5 MBK. The Fifth Food Avenue :‘Indonesian Food by Jimbaran Bali’. Di lantai 6, ada food court yang di dalamnya ada kios yang menjual makanan halal juga. Kami memilih menu nasi goreng, sate dan nasi ayam krispi, dengan minum teh hangat, es teh dan air mineral. Ahhh, nikmatnya.....
Sebenarnya kami berencana ke Madam Tussauds yang terletak di Lt 6, Siam Discovery, tempat dimana terdapat patung lilin para orang terkenal. Namun waktunya sudah tidak meungkinkan, akhirnya kami berkeliling di MBK untuk membeli souvernir, dapat T-Shirt seharga 100bath, baju anak. Menurut informasi browsing MBK merupakan tempat berbelanja favorite orang Indonesia, ternyata karena harganya yang relative miring. Alhamdulillah sudah dapat oleh-oleh.
Ternyata memang tidak halal
Sambil menuruni tangga BTS Siam, kami masih berburu buah yang biasa dijual dipingir jalan, dan pastinya selalu mampir ke 7/11 untuk air mineral, roti dan nasi beku/menu lain yang dipanaskan sebagai alternatif kalo aja tengah malam perut mulai'bernyanyi' lagi.
Saat papa menikmati roti isi ikan tuna dan menonton, ia sempat melirik tulisan thai yang kadang juga terdapat bahasa inggris. 'ueekkkksss....', 'lho kenapa pa? basikah rotinya?', 'ngak kok!' (diam), 'tadi siapa yang makan sphagetti?', (sambil melihat ingredient-nya), 'hah, ada B***-nya kah?', 'iyaaa......', 'huaaahhh' seisi ruang langsung heboh dan berebut air putih, karena sudah tidak mungkin memuntahkan makanan yang sudah dimakan. Besok kita mesti lebih berhati-hati lagi....!!!
#4 DAY - Cambodia session
Penasaran dengan Pasar Souvernir
3 hari terakhir di Bangkok rasanya masih kurang, masih banyak tempat yang belum di datangi, sebut saja Madam Tussaud, pasar chacuthak, pasar terapung, Wat arun, sungai Chao Phraya dan banyak lagi tempat lainnya, berhubung Aisha juga dalam kondisi yang belum fit, maka pagi ini kesempatan untuk mendatangi Pratunam Market. Bermodalkan dengan berjalan kaki, kami pelan-pelan menjelajahi tapak demi tapak hingga tiba di Pratunam market yang ternyata cukup jauh jika membawa anak-anak dan lokasi pasar masuk gang.
Untuk membujuk Aisha, agar tidak rewel dan mau minum susu, kebetulan ada penjual Milo di booth tepi jalan, akhirnya kita belikan cup kecil seharga 20bath. Tapi racikan Milonya spesial banget, karena untuk 1 sachet Milo ditambahkan susu kental 2 sendok makan, krimer juga 2sdm, di shacker plus tambahan sedikit es batu, eehhhmmm nikmatnya.
Sepanjang jalan Thanon Petchaburi terdapat banyak bangunan perkantoran dengan trotoar yang lebar, salah satunya Indonesia Embassy. Take a pict ahhh, sayang aisha masih ngak enak badan :((
Sesampai di Pratunam market kami hanya melihat di luar karena sebenarnya Pratunam market lebih mirip pasar tradisional. Lumayan dapet tas gajah khas Thailand 100bath/pc dan celana Aisha. Saat pulang kami tawar menawar dengan supir tuktuk, ahaiii.....so shaking, sang supir meskipun tua, namun cukup bernyali untuk kebut-kebutan dan motong jalan, wow...pegangan dek. Aksi di supir tuktuk berhasil membuat aisha tertawa lebar.... hahaha..
Packing lagi - lanjut perjalanan berikutnya
Kami menuju Don Mueang Airport menggunakan taksi yang dipesan oleh pelayan hotel. Alhamdulillah tidak ada kendala di perjalanan menuju airport dan terhindar dari macetnya Bangkok. Terminal keberangkatan kami cukup menarik dibandingkan dengan terminal kedatangan, salah satu yangpaling menarik perhatian adalah desain toilet yang modern. see photo below...
Selain desainnya yang minimalis dan sedikit futuristik, begitu lihat pintu otomatisnya toilet langsung pengen masuk. kali ini saya benar-benar seperti orang udik, nyobain pintu, sofa tunggu dalam toilet, pengering tangan, hehehhe... Jadi pengalaman baru.
Berdekatan dengan toilet terdapat ruang santai gratis yang terdapat bantal duduk besar sebagai tempat istirahat pengunjung. Ruang mungil ini dibentuk oleh tirai tali yang tembus pandangn namun cukup nyaman untuk melepas kelelahan. Karpet dan plafond yang maskulin makin menambah kenyaman di bandara ini. Pada sisi koridor samping terdapat sebuah giant screen dengan background sebuah jalan kota dipadukan dengan kamera, sehinga siapapu yang lewati screen ini akan tertangkap dan muncul pada screen. objek ini merupakan favorite anak-anak menari, bernyanyi atau sekedar berekspresi.
Jadwal penerbangan on time, membuat saya lumayan terburu-buru karena bolak balik melayani Aisha agar mau makan dan bersiap bekal.
Hi, Phnom Penh, The Exotic
Penerbangan kali ini membuat Kami serasa seperti turis sesunguhnya, hanya saya yang mengenakan jilbab dan hanya kami yang berbahasa Melayu. Untung kami tidak seperti sedang Lost in nowhere, hahaha, jangan sampai deh. Kenapa Exotic, karena wajah kota Phom Penh sebagai ibukota Cambodia masih jadul mirip kota di Indonesia di tahun 70-an. coba deh liat.... akibat pernah mengalami masa kegelapan saat Kamboja dipimpin rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pot pada periode 1975-1979. Menyusuri jalan-jalan utama di Phonm Penh, Ibu Kota Kamboja, seperti melihat kondisi Jakarta era 1980-an. Phnom Penh memang tertinggal 30 tahun dari Jakarta, akibat pernah mengalami masa kegelapan saat Kamboja dipimpin rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pot pada periode 1975-1979. Ohya, kitapun tidak perlu mengurus visa.
Secara historis, Thailand sangat mirip dengan Cambodia, hanya saja Thailand jauh lebih maju dibanding Cambodia. Mata uang - Riel Cambodia. kejadian menukar uang Riel di bandara Phnom Penh membuat saya tersenyum, dari 100 dolar setara dengan 411.700Riel Cambodia. Berbahasa Khmer, yang menurut saya merupakan bahasa campuran thai dengan china, hahaha.... karena tidak satu katapun yang saya mengerti, terlebih lagi aksen mereka yang kental, sehingga mesti membuka telinga lebar-lebar. tulisan yang digunakan merupakan gabungan dari alfabet thai dan Lao yang akhirnya menjadi alfabet Khmer (lihat deh, tulisan paling atas di plat nomernya). Tapi ada yang cukup menakjubkan dan kata-kata ini juga banyak saya dengar / baca 'jangan lihat kota Phnom Penhnya, tapi lihat mobilnya'. Emang benar, kotanya memang sederhana, tetapi mobilnya luuuaaaaaaarrr biasa, mobil mewah banyak keliaran dan menjadi pemandangan biasa di Phnom Penh, ckckckc.... Kok bisa ya?? Di lain sisi, mayoritas penduduk menggunakan motor jadul dan angkot yang mirip dengan angkot di Indonesia. Kebiasaan masyarakatnya juga sangat mirip dengan kita, masih tidak sabar jika berlalu lintas, hehehe....
Meskipun kotanya sederhana, tetapi pelayanan dan jasa yang mereka tawarkan cepat serta membuat kita nyaman. Kami makin tidak sabar menuju hotel yang sudah di booking via agoda.com
Cozy Hotel - Royal Mekong Boutique Hotel
Kami memilih hotel ini karena letaknya yang strategis, dekat dengan Royal Palace-nya Cambodia, tempat makan halal dan juga dekat dengan sungai Mekong bahkan tidak terlalu jauh dari jalan raya dan pasar sentral. Dari luar tampilan hotel ini lebih mirip seperti rumah tropis yang besar dengan warna dominan natural dan putih. Hotel ini beralamat: #17, Street 208, Sangkat Boeung Raing, Daun Penh, Cambodia.
---
Disapa dengar ramah dan dilayani dengan baik, membuat penat sedikit berkurang dan alhamdulillah suasana kamar juga memuaskan. Begitu melihat kelambu, Aisha dengan tidak sabar langsung membuka, ibarat seorang putri katanya kalo tidur pake tirai, hahhaa... lebih-lebih kamar mandinya yang luas, Aisha langsung minta berendam, hahhaaa....ndesooonya kita ini dek? Meskipun double bed, tapi ukuran bed nya cukup untuk berdua, sehingga tidak perlu menyewa. Ahaiii, nyaman.... leyeh-leyeh... lanjut tidurrrrr. Certainly, this's highly Recomanded hotel...
Interior Kamar Royal Mekong
Toilet Kamar
Eksterior Hotel
Perut lapar dan kami harus keluar mencari makan malam. Sesuai pepatah 'malu bertanya sesat dijalan', akhirnya kami menyusuri jalan depan hotel yang agak temaram dengan berjalan, dan muter-muter, karena ternyata kami telah memilih jalan yang salah. Alhasil, ada yang marah-marah sudah laper tapi belum nemu tempat makan, aduuuhhh...... dan kami memutuskan naik tuktuk dengan membayar U$2 menuju KFC. Disinilah kami tertawa, karena KFC itu melewati hotel kami dan berada dipojokkan, mungkin beda 3-4 bangunan, huhahahaha.... lagi-lagi 'malu bertanya sesat dijalan'
KFC menu standar ayam dan nasi serta sambel yang super manis (mirip sambel Bangkok)
#5 DAY - Leisurely Trip of Cambodia
Sarapan pagi
Pagi yang cerah di Cambodia, tidur nyenyak. waktunya sarapan, sayangnya harga booking kamar tidak termasuk sarapan, sehingga kami mesti membayar sesuai dengan harga yang sudah dibandrol. Begitu melihat menu yang didomninasi dengan menu 'pork', hhuuufff menurunkan selera makan dan terus terang kamipun masih ragu makan disini, untungnya tadi malam saat tersesat kami sempat memborong air mineral dan roti, alhamdulillah cukup untuk mengganjal perut Indonesia.
Schedule hari ini tentunya mengunjungi tempat bersejarah Kamboja. Menurut hasil browsing terdapat Royal Palace dan Silver Pagoda, Museum Tuol, Wat Phnom, Mekong River, dll. Kamboja sangat terkenal dengan wisata angkernya.
Historikal Phnom Penh
Begitu keluar pagar kami langsung dijemput dengan para supir tuktuk (ngak tahu bahasa beken utk tuktuk Kamboja maka kita sebut saja tuktuk). setelah tawar-menawar, sepakat dengan U$13 mengantarkan kami keliling objek wisata di Kamboja.
Naik Tuk Tuk keliling Phonm Penh
Tujuan utama kami adalah Royal Palace Phonm Penh yang dicapai hanya 5' dari hotel. Komplek ini sangat mirip dengan Grand Palace di Bangkok dari arsitektur ataupun sejarahnya banyak berkaitan. Bedanya, Grand palace memnag lebih 'grand', luas, mewah.
Kami membayar tiket masuk sekitar U$6.25 untuk komplek kerajaan termasuk Silver Pagoda. Secara historis, dulunya Kamboja dan Thailand (yang sekarang) pernah bernaung di bawah kerajaan yang sama. Kerajaan pertama namanya Funan, termasuk kerajaan terbesar hingga sekitar abad ke-6. Kerajaan Funan ini kemudian runtuh, diambil alih oleh kerajaan Chenla. Kerajaan Chenla pun pecah belah jadi Land Chenla dan Water Chenla.
Salah seorang Raja Water Chenla pernah sompral mulut nya, menyatakan kalau beliau mampu memenggal kepala Maharaja dari tanah Jawa dan di sajikan di nampan gitu *sadis*. Sampailah berita ini ke telinga Raja Sanjaya dari Dinasti Sailendra, langsung panas deh si Raja itu. Akhirnya Raja itu berangkat menyerbu kerajaan tersebut dan memenggal kepala Raja Chenla yang sombong itu.
Raja Sanjaya memerintahkan kepada perdana menteri Khmer untuk mencari pengganti rajanya dan dipilihlah Jayavarman II yang sebenarnya masih keturunan Raja Funan, tapi lahir dan besar di Jawa pada masa dinasti Sailendra. Keluarga nya mengungsi ke Jawa pada saat Funan di kalahkan Chenla. Jayavarman II kembali menjadi raja di tanah leluhurnya dan memulai Khmer Empire.
Walaupun pada saat pemerintahannya Jayavarman II menyatakan bahwa kerajaannya tidak lagi berada di bawah kekuasaan Jawa tapi menurut para ahli-ahli ternyata budaya dan seni dari dinasti Syailendra itu terbawa dan mempengaruhi kesenian Khmer, hal ini bisa dilihat dari bangunan-bangunan keagamaan yang terdapat di Angkor.
Khmer Empire berjaya dari abad ke-9 sampai abad ke-13. Dari segi religion, Khmer di pengaruhi oleh Hindu (yang menyebar dari India sejak abad ke-1) dan Budha Mahayana (yang dibawa oleh Jayavarman II sebagai salah satu pengaruh dari dinasti Syailendra). Ketika ajaran Budha Theravada yang merambat dari Sri Lanka mulai mendominasi di akhir abad ke-13, dari situlah awal kehancuran kerajaan Khmer. Kawasan kekuasaannya pun mulai melepaskan diri satu persatu.
Thailand sendiri lepas dari dominasi Khmer Empire sekitar abad ke 13, ketika dominasi Khmer mulai melemah. Rakyat Thai yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Khmer berontak dan membentuk kerajaan sendiri bernama Sukothai. Namun tak lama kemudian King Ramathibo I menaklukan Sukhotai dan membangun kerajaan baru dengan pusat pemerintahannya di Ayuthaya. Bangunannya sendiri masih kental dengan ciri-ciri Khmer karena rakyat sana keseniannya sangat terpengaruh dengan kesenian Khmer.
Kompleks Royal Palace
Entrance Royal Palace
Royal Palace
Royal Palace dan Silver Pagoda
Royal Palace adalah sebuah kompleks kerajaan yang berwarna keemasan dan dihuni raja-raja Kamboja sejak tahun 1860. Dalam bahasa Khmer, istana ini disebut Preah Barum Reachea Veang Chaktomuk. Pengunjung dapat menikmati keindahan kompleks istana raja dengan arsitektur bangunan megah khas Kamboja yang bersih dan terawat.
Royal Palace mempunyai beberapa bangunan yang masing-masing mempunyai karakteristik yang khas dan mempunyai desain yang sangat indah. Nama bangunan-bangunan yang terkenal di Royal Palace antara lain Preah Thineang Dheva Vinnichay (Throne Hall), Preah Thineang Chan Chhaya (Moonlight Pavilion), dan Prasat Khemarin (Khemarin Palace). Di sini juga terdapat bangunan lain dengan ukuran yang lebih kecil, antara lain Hor Samran Phirun, Hor Samrith Phimean, Damnak Chan, Phochani Pavilion (Dance hall), Serey Monkol Pavilion (Royal Conference Hall), King Jayavarman VII Pavilion, Vihear Suor (Royal Chapel), Villa Kantha Bopha, Villa Chumpou, dan Villa Sahametrei.
Throne Hall
Throne Hall adalah bangunan utama di kawasan Royal Palace. Bangunan ini digunakan untuk kegiatan para staf kerajaan. Selain itu, Throne Hall juga digunakan untuk kegiatan kerajaan lainnya, seperti upacara penobatan, upacara pernikahan, dan kegiatan lainnya. Bangunan aslinya telah dihancurkan. Bangunan yang berdiri sekarang adalah bangunan yang dibangun ulang pada tahun 1917.
Moonlight Pavilion
Moonlight Pavilion digunakan sebagai panggung tari. Bentuk bangunan ini mirip dengan Throne Hall, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Moonlight Pavilion juga mengalami perubahan dari bangunan awalnya yang terbuat dari kayu seperti halnya Throne Hall. Namun demikian, desain bangunan hampir mirip dengan bangunan awal dan tetap cantik dengan warna keemasannya.
Khemarin Palace
Khemarin palace adalah tempat tinggal raja Kamboja. Bangunan ini terletak di dekat Throne Hall dan terpisah dari bangunan-bangunan lain di kawasan Royal Palace. Kebetulan saat kunjungan kami, gedung ini sedang direnovasi, sehingga tertutup untuk umum.
Pochani Pavilion
Phochani Pavilion dibangun pada tahun 1912. Bangunan ini awalnya digunakan untuk aula tempat menari. Sekarang, Pochani Pavilion digunakan untuk resepsi dan pertemuan kerajaan.
Miniatur Angkor Wat Siem Reap
National Museum
Dengan setia sanga supir tuk tuk menunggu kami di dekat pelataran/semacam bundaran yang berada tepat didepan komplek Royal Palace. Tiket masuk U$3/orang. Bangunan ini khas berwarna merah dengan arsitektur yang juga mirip dengan Royal Palace.
Tuk tuk yang kami carter
Naik tuk tuk memang menyenang, siapapun bakal menyukainya lebih-lebih lagi anak-anak. Dapat duduk santai keliling kota dengan angin sepoi sepoi, nyentrik! Jarak Royal Palace dengan National Museum tidaklah jauh, hanya ditempuh kurang dari 5'. National Museum terletak dipojokan dengan bangunan lama yang monumental serta didominasi warna merah bata.
Entrance National Museum
Ruang dalam Museum
Yuks flash back ke sejarah museum ini. Museum ini dirancang oleh sejarawan Perancis, George Groslier dengan gaya tradisional Khmer. Setelah 3 tahun pembangunan, pada April 1920 museum ini diresmikan oleh H.M. King Sisowath bersama dengan François-Marius Baudoin, perwakilan Perancis di Kamboja, dan George Groslier sendiri. Sekarang Museum Nasional yang berwarna tanah merah ini memajang koleksi dari artefak Khmer dan beberapa diantaranya telah berusia lebih dari 1.000 tahun. Ada sekitar 1.900 benda yang dipamerkan dan sekitar 15.000 benda yang disimpan. Selain artefak dari batu, seperti patung batu pasir wanita Devi yang diyakini berusia lebih dari 1.000 tahun, museum ini juga memajang benda-benda bersejarah yang terbuat dari perunggu, keramik, perhiasan kuno, sutra, dan kayu.
Karena menjaga struktur asli bangunan seperti saat dibangun beberapa tahun lalu, museum ini tidak memiliki penyejuk udara sehingga akan terasa cukup panas selama musim kemarau.
Detil merah dan hitam
Ada warung Bali di Phnom Penh
Jam 11 siang laffaaar mulai melanda lagi, sebelum lanjut ke tujuan lainnya, kita makan dulu ke Warung Bali yang konon kata para backpacker cukup terkenal. Alhamdulillah ya Allah akhirnya kami tidak perlu khawatir akan halalisme dan keanehan rasa makan yang tidak cocok dengan perut Indonesia. Spontan masuk kami langsung memesan, 'mas...mas... pesan makanan dong', masnya cuma bengong, meja seberang ternyata juga orang Indonesia dari Bandung. langsung celetuk deh, 'ngak nengok dipanggil mas, soalnya bukan orang Indonesia, pelayannya penduduk lokal aja', qiqiqiqi...malu dah! Sekejab langsung translate bahasa Inggris lagi. Pemilik memang orang Indonesia, asli Sunda, namanya Mas Firdaus, kebetulan empunya sedang tidak ditempat karena masih sibuk melayani pesanan kedubes.
Sambil menikmati tempe mendoan, gado-gado, ikan goreng dan sup, kami ngobrol dengan tetangga meja. Mereka berempat baru tiba dan berencana ke Siem Reap, namun mesti transit di Phnom Penh dulu.
Terima kasih warung Bali, kalian menyelamatkan perutku :))
Wat Phnom
Arti harfiah dari Wat Phnom adalah “kuil di gunung”. Bangunan ini didirikan di atas bukit pada tahun 1373. Anda harus mendaki tangga untuk mencapai puncaknya. Di sekeliling bangunan kuil banyak monyet yang berkeliaran. Hati-hati dengan barang bawaan.
ruang dalam Wat Phnom yang digunakan sebagai tempat ibadah umat Budha
Area luar Wat Phnom
Dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada yang istimewa dengan Wat Phnom ini. Mungkin hanya seperti tempat ibadat dengan umur yang cukup tua.
Sumpah!! Tuol Sleng Museum yang bikin merinding
Kota Phnom Penh sekitar sungai Mekong
Dalam perjalanan menuju Museum Tuol, Kami melalui jalan-jalan protokal kota phnom penh, lengang, sepi dan cukup bersih. Pol pot memang kejam, dengan menghilangkan ratusan ribu nyawa dan hingga akibatnya masih terasa sekarang.
Dil luar tembok museum Tuol Sleng, banyak terparkir tuktuk, pertanda bahwa museum ini dijadikan objek wisata wajik kota ini. dari penampakan temboknya saja sudah menggambarkan isinya, seraammmm... Tuol Sleng Museum yang masih berhubungan dengan Choeung Ek. Justru di Tuol Sleng inilah saya lebih bergidik dan merinding. Kalau di Choeung Ek hanya ladang lapang biasa tapi kalau Tuol Sleng adalah bangunan penjara tempat menyiksa para tahanan sebelum dibawa dan dibunuh di Choeung Ek. Karena berbentuk bangunan tersebut kesan seramnya pas sekali.
suasana kamar penyiksaan Museum Tuol Sleng
Museum ini dulunya adalah sekolah yang diubah menjadi penjara pada masa pemerintahan Khmer Merah antara tahun 1975 hingga 1979. Selama empat tahun tersebut sekitar 20 ribu orang – termasuk perempuan dan anak-anak – dipenjara dan disiksa di tempat ini. Bagi penyuka sejarah, kunjungan ke tempat ini pasti akan mengesankan – walau bukan tidak mungkin bulu kuduk Anda akan merinding. Walaupun telah diubah menjadi museum, pemerintah Kamboja membiarkan keadaan seperti semula. Anda akan dapat menyaksikan berbagai peralatan penyiksa yang digunakan rezim Khmer Merah, sel-sel tahanan, foto-foto para tawanan, serta bekas-bekas darah yang masih menempel di lantai. Yang paling terkenal di sini adalah “peta tengkorak” yaitu peta Kamboja yang terbuat dari 300 tengkorak manusia. Dikabarkan bahwa masih banyak warga setempat yang seolah-olah mendengar teriakan korban yang disiksa di malam hari.
Tempat penyiksaan dengan membenamkan kepala ke dalam gentong besar
Pemandangan di halaman museum ada yang sedikit menarik, yaitu tiga gentong beton besar yang berbaris dengan ber'frame-kan tiang balok kayu. Ternyata gentong ini merupakan salah satu tempat penyiksaaan dengan memasuk kepala kedalam gentong yang berisi air, dengan kaki tergantung dan diikat tali di balok kayu. Wow....biasa dibayangkan betapa meyeramkannya saat-saat itu. Jangankan membayangkan, membaca petunjuknya saja sudah membuat bulu kudu' merinding.
Russian market
motor model ini paling dominan ditemui
saat menuju Russia market
Tidak lengkap rasanya jika tidak membeli sesuatu khas Kamboja dan kamai bermaksud berkalana bersama paklek tuktuk untuk membawa kami mencari kaos khas kamboja. Saat ini kami berserah akan dibawa kemana oleh paklek tuktuk, wah sayang toko souvernirnyanya tidak ketemu, dan saya iseng untuk ingin mengujungi Russian market. Biasanya pasar tradisional disini ada yang menjual kaos. begitu tiba di pasarnya, ;(( ternyata pasarnya tidak jauh dari pasar tradisional yang sama sekali tidak menjual souvernir. Akhirnya kami memilih untuk pulang mengingat Aisha juga harus istirahat. padahal booking-an tuktuk masih bisa mengantarkan kami ke ladang pembantaian yang jaraknya sekitar 1 jam-an dari kota (berada diluar kota), serta beberapa tempat wisata Phnom Penh lainnya.
Bye Phnom Penh, Bye Cambodia
Jadwal paling penting dalam trip kali ini hanyalah 'Boci', hahahaa.... maklumlah berlibur dengan anak-anak dan kondisinya juga kurang fit. Lanjutkan dengan berendam air hangat, hhaha.... nikmati masa-masa santai... Tiba waktu makan malam, kami kembali ke Warung andalan yaitu warung Bali. Yuhui kali ini kami bertemu mas Firdaus sang pemilik warung yang sudah hampir 20 tahun tinggal disini. Sebelumnya kami menduga bahwa mas Firdaus terdampar, eh salah, ternyata beliau dulunya adalah koki di kedubes Phnom Penh, sehingga tidak heran beliau terlihat sibuk menjelang Asean Summit besok harinya.
ouupu
Saat itu, Pol Pot yang bernama asli Saloth Sar menyatakan sebagai tahun titik awal atau year zero, dengan melakukan pembantaian kepada etnis asing maupun warga lokal yang dianggap musuhnya. Sekitar dua juta nyawa warga dilaporkan tewas, atau sepertiga dari penduduk Kamboja saat itu. Kini, pemerintah Kamboja dengan apik mengabadikan jejak berdarah pembantaian warga oleh rezim ultra komunis itu menjadi tujuan wisata. Selain Angkor Wat, candi utama di Kamboja, tempat wisata lainnya terkenal dan paling dicari adalah museum ladang pembantaian Choeung Ek dan penjara Toul Sleng.